#FF2in1-1
Aku benci saat semua
mengatakan aku ini BANCI. Tak sadarkah mereka akan segala rasa yang bergemuruh di jiwaku
ini. Aku ingin seperti mereka punya gaya,
punya ciri khas, punya hal yang bisa membedakan jati dirinya yang mungkin tak
bisa disama ratakan satu sama lain.
“Reyna kembali jangan kau pergi” teriak Ardini
Aku tak ingin menghiraukan dia, meski dia adalah satu dari sejuta wanita yang menerima kehadiranku. Namun hati kecilku pun berkata dia terluka atas dua jiwa ada dalam satu raga ini atau dia merasakan hal yang sama.
***
Malam ini aku ingin pergi menjumpai seseorang. Aku berlari menerobos rintik hujan di senja kelam, terasa langit pun ikut menangis menerima keadaanku. Saat ku tiba di kamar kutatap cermin yang ujungnya sudah patah. Batinku terasa perih, ia meronta menerima dua aksi tanganku yang saling bertarung. Tangan kananku menolak untuk beraksi tapi tangan kiriku dengan lincah mengoleskan alas bedak dan mempupuri semua wajahku dengan rapih penuh sentuhan alat make-up. Ku kenakan gaun yang paling kusukai, gaun yang terbuat dari kain yang sangat ringan di badanku, gaun berwarna merah jambu kini membalut indah di tubuhku. Ku masukan kakiku ke dalam sepatu yang menambah tinggi badanku sekitar 15cm. Aku tersenyum di depan cermin dan sembari memutar-mutar badanku memastikan betapa moleknya tubuhku sekarang.
“Ardini, inilah yang kau mau, kau selalu merasa kau laki-laki yang dapat melindungi wanita. Kau adalah wanita yang membuatku jadi begini. Kamu yang menolak menikah denganku hanya karena kau mencintai wanita itu. Kini aku telah menjadi wanita ku harap kau mencintaiku” gumamku di depan cermin.
Ardini aku tidak ingin jadi mantanmu, aku ingin jadi pemilik hatimu selamanya.
“Reyna kembali jangan kau pergi” teriak Ardini
Aku tak ingin menghiraukan dia, meski dia adalah satu dari sejuta wanita yang menerima kehadiranku. Namun hati kecilku pun berkata dia terluka atas dua jiwa ada dalam satu raga ini atau dia merasakan hal yang sama.
***
Malam ini aku ingin pergi menjumpai seseorang. Aku berlari menerobos rintik hujan di senja kelam, terasa langit pun ikut menangis menerima keadaanku. Saat ku tiba di kamar kutatap cermin yang ujungnya sudah patah. Batinku terasa perih, ia meronta menerima dua aksi tanganku yang saling bertarung. Tangan kananku menolak untuk beraksi tapi tangan kiriku dengan lincah mengoleskan alas bedak dan mempupuri semua wajahku dengan rapih penuh sentuhan alat make-up. Ku kenakan gaun yang paling kusukai, gaun yang terbuat dari kain yang sangat ringan di badanku, gaun berwarna merah jambu kini membalut indah di tubuhku. Ku masukan kakiku ke dalam sepatu yang menambah tinggi badanku sekitar 15cm. Aku tersenyum di depan cermin dan sembari memutar-mutar badanku memastikan betapa moleknya tubuhku sekarang.
“Ardini, inilah yang kau mau, kau selalu merasa kau laki-laki yang dapat melindungi wanita. Kau adalah wanita yang membuatku jadi begini. Kamu yang menolak menikah denganku hanya karena kau mencintai wanita itu. Kini aku telah menjadi wanita ku harap kau mencintaiku” gumamku di depan cermin.
Ardini aku tidak ingin jadi mantanmu, aku ingin jadi pemilik hatimu selamanya.
terinpirasi dari lagu 'Mantan Terindah' - Kahitna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar